Oleh:
M. Rizky Firdaus, Diah Arivia Sari, Syava Vira Anggita, Rahmatika Emil Amalia
Prodi Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Malang
Era digitalisasi telah mengubah lanskap bisnis secara fundamental, termasuk bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di pedesaan. Desa Kalisongo, dengan kekayaan tradisi jamu warisan nenek moyang, kini menghadapi tantangan sekaligus peluang besar untuk mentransformasi usaha jamu tradisional menjadi bisnis yang kompetitif di era digital. Program Pelatihan Pemberdayaan Digital Marketing pada UMKM Jamu Tradisional di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, adalah inisiatif strategis yang sangat tepat sasaran dalam memberdayakan ekonomi masyarakat lokal.
Fokus pada UMKM jamu tradisional menunjukkan kepekaan terhadap potensi ekonomi yang belum teroptimalkan, mengingat tren “back to nature” dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan alami.
Secara geografis, Desa Kalisongo berada di perbukitan sisi utara Kota Malang, dengan kondisi tanah subur dan akses mudah ke pusat kota, memberikan keunggulan komparatif signifikan dalam ketersediaan bahan baku rempah-rempah berkualitas dan akses pasar yang lebih luas.
Dukungan demografis berupa populasi 8.206 jiwa yang didominasi usia produktif (20–45 tahun) serta tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi, termasuk pemuda Karang Taruna, menunjukkan fondasi sosial yang kuat untuk pengembangan program berkelanjutan. Komposisi demografis ini memberikan jaminan ketersediaan sumber daya manusia yang adaptif terhadap perubahan teknologi dan inovasi bisnis.
Dari aspek implementasi, program ini menunjukkan pendekatan komprehensif dengan mengombinasikan pelatihan digital marketing dan upgrading packaging sebagai dua pilar utama peningkatan daya saing produk. Strategi pemanfaatan platform digital seperti Instagram, TikTok, Shopee, ShopeeFood, dan GoFood, serta live TikTok, sangat relevan dengan perilaku konsumen saat ini yang semakin bergantung pada media sosial dan e-commerce dalam pengambilan keputusan pembelian.
Pelatihan juga membekali UMKM dengan pembuatan konten kreatif dan teknik penetapan target pasar yang tepat.
Upgrading packaging bukan sekadar perbaikan estetika, tetapi transformasi menyeluruh yang mencakup aspek proteksi produk, branding, dan komunikasi nilai produk kepada konsumen.
Kemasan yang profesional akan meningkatkan perceived value dan memungkinkan penetapan harga yang lebih kompetitif. Kombinasi kedua aspek ini menciptakan sinergi yang kuat antara produk berkualitas dengan strategi pemasaran yang efektif.
Identifikasi kendala seperti minimnya literasi digital pelaku UMKM, keterbatasan akses teknologi, kurangnya kepercayaan diri dalam pemasaran online, dan ketidakmampuan membuat konten promosi yang menarik, menunjukkan bahwa program ini didasarkan pada asesmen mendalam terhadap kondisi riil di lapangan.
Meskipun demikian, keberadaan faktor pendukung seperti sinergi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan pelaku UMKM, serta antusiasme masyarakat khususnya generasi muda, menciptakan ekosistem yang kondusif untuk transformasi digital UMKM jamu tradisional. Kolaborasi *multi-stakeholder* ini menjadi kunci keberhasilan program yang tidak dapat dicapai melalui pendekatan parsial.
Aspek keberlanjutan program perlu mendapat perhatian khusus, mengingat transformasi digital bukan hanya tentang transfer teknologi tetapi juga perubahan mindset dan budaya bisnis. Rekomendasi pembentukan komunitas UMKM berbasis digital dan sistem mentoring jangka menengah merupakan langkah strategis yang dapat memastikan kontinuitas pembelajaran dan saling berbagi pengetahuan antar pelaku usaha.
Integrasi dengan event-event desa seperti Festival Kampung Cempluk menunjukkan pemahaman yang baik tentang pentingnya menggabungkan promosi online dan offline untuk menciptakan dampak maksimal.
Untuk mencapai skala yang lebih luas, program ini memerlukan dukungan kebijakan yang lebih sistematis, seperti fasilitasi perizinan halal atau BPOM, serta akses permodalan yang memadai untuk scaling up usaha.
Dukungan regulasi dan finansial ini akan mempercepat transformasi UMKM dari skala rumah tangga menjadi industri yang bankable dan sustainable.
Secara keseluruhan, program ini memiliki potensi besar untuk menjadi model pemberdayaan UMKM tradisional yang dapat direplikasi di daerah lain dengan karakteristik serupa.
Keberhasilan program tidak hanya diukur dari peningkatan penjualan jangka pendek, tetapi juga dari kemampuannya menciptakan ekosistem ekonomi lokal yang resilient dan adaptif terhadap perubahan teknologi.
Dengan komitmen berkelanjutan dari semua pemangku kepentingan dan implementasi rekomendasi yang telah dirumuskan, program ini berpotensi mengangkat Desa Kalisongo sebagai sentra UMKM jamu tradisional yang modern dan berdaya saing tinggi, sekaligus melestarikan kearifan lokal dalam konteks ekonomi digital yang terus berkembang.