PASURUAN, Projatim.id — Karnaval memperingati Hari Jadi ke-1096 Kabupaten Pasuruan yang dilangsungkan di Jalan Raya A. Yani Bangil, Sabtu (21/9/2025) sore, berubah jadi kontroversi besar. Bukannya hanya soal kemeriahan, tetapi soal dampak serius yang ditanggung pasien RS Masyitoh Bangil.
Ribuan peserta dari berbagai sekolah, organisasi masyarakat, dan instansi pemerintahan tumpah ruah memenuhi jalan. Tetapi sorak-sorai karnaval seketika mendapat serangan kritik. Keluarga pasien rumah sakit menilai acara tersebut fatal dalam perencanaan.
“Ambulans sulit keluar-masuk. Kami kesulitan menjenguk pasien,” keluh seorang keluarga pasien yang meminta identitasnya dirahasiakan. Ia mengaku suara musik dan keramaian arak-arakan karnaval sangat mengganggu pasien di ruang perawatan.
Bagi mereka, permasalahan bukan menolak karnaval. Yang dipersoalkan adalah kelalaian pemerintah daerah dan panitia.
“Kami tidak menolak karnaval, tapi harusnya ada pengaturan jalur agar tidak mengganggu pelayanan kesehatan,” ujarnya dengan nada keras.
Sorotan itu mengguncang panitia dan Pemkab Pasuruan. Sebab, rute yang dipilih tepat di depan rumah sakit dinilai sama saja menutup akses vital layanan medis. Hak dasar masyarakat atas kesehatan terabaikan hanya demi gelaran jalanan.
Yang lebih memprihatinkan, hingga berita ini diturunkan, panitia maupun Pemkab Pasuruan bungkam tanpa memberi penjelasan resmi. Sementara itu, keresahan keluarga pasien masih terus bergaung.
Karnaval budaya yang sejatinya digelar rutin setiap tahun untuk memeriahkan hari jadi Kabupaten Pasuruan, kini justru menjelma jadi panggung kritik. Pemerintah dipandang gagal membaca situasi, membiarkan pesta jalanan melumpuhkan kepentingan kesehatan masyarakat.