PASURUAN, Projatim.id – Pemerintah Desa Randupitu, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan menggelar sosialisasi pencegahan HIV/AIDS pada Kamis malam (29/5/2025) di Balai Desa Randupitu. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat sekaligus menekan penyebaran HIV/AIDS di wilayah yang dikenal memiliki banyak rumah kos.

Sosialisasi dihadiri puluhan warga, terutama para Ketua RT dan RW, yang diharapkan menjadi ujung tombak penyebaran informasi terkait HIV/AIDS di lingkungan masing-masing. Dua narasumber dihadirkan, yakni dr. Ismail Saleh dan Nanik, tenaga kesehatan dari Puskesmas Kepulungan yang ahli dalam penanganan HIV/AIDS.

Plt Camat Gempol, Timbul Wijoyo, dalam sambutannya menekankan urgensi edukasi sejak dari lingkungan keluarga. “Perlu penekanan dari anggota keluarga dulu. Perlu diberikan edukasi. Mudah-mudahan tidak ada generasi kita yang terjangkit HIV/AIDS,” ujarnya.

Senada, Kepala Desa Randupitu, Mochammad Fuad, berharap peran aktif Ketua RT dan RW dapat memperluas jangkauan informasi hingga ke seluruh lapisan warga. “Kami harap peserta bisa meneruskan sosialisasi ini ke warganya masing-masing,” katanya.

Dalam pemaparan materi, Nanik menjelaskan bahwa HIV tidak bisa disembuhkan, namun dapat dikendalikan melalui terapi antiretroviral (ARV). Ia juga menyoroti pentingnya pemahaman tentang window period, masa inkubasi HIV yang bisa berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun sebelum gejala muncul. “Obat ini tidak menghilangkan virus, tapi menekan reproduksinya,” jelas Nanik.

Sementara itu, dr. Ismail Saleh menegaskan bahwa HIV menyerang sel darah putih yang merupakan sistem pertahanan tubuh, sehingga penderitanya rentan terhadap berbagai penyakit. Ia menjelaskan bahwa HIV memiliki empat tahapan, dari infeksi awal hingga AIDS sebagai fase akhir. “Yang harus kita jauhi adalah penyakitnya, bukan penderitanya,” tegas dr. Ismail.

Melalui kegiatan ini, pemerintah desa berharap kesadaran warga terhadap bahaya HIV/AIDS meningkat dan stigma terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dapat dikikis. Edukasi berkelanjutan dinilai penting untuk membentengi generasi muda dari risiko terinfeksi virus mematikan tersebut.