MALANG, Projatim.id Komitmen Gerakan Pemuda Ansor dalam menjaga ketahanan pangan kembali diwujudkan melalui aksi nyata. Satgas Patriot Ketahanan Pangan Ansor Jawa Timur bersama Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) menyalurkan 150 ton benih padi kepada kelompok petani di wilayah Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang. Penyerahan benih dilakukan di Kantor BPP Tajinan, Rabu (21/8/2025), dengan disaksikan perwakilan penyuluh, petani, dan tokoh masyarakat setempat.

Kegiatan ini tidak hanya dimaknai sebagai distribusi benih, tetapi juga sebagai gerakan kolaboratif untuk mendukung kedaulatan pangan nasional. Kepala Satgas Patriot Ketahanan Pangan Ansor Jawa Timur, H. Deny Prasetya, menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari ikhtiar besar Ansor dalam memastikan akses petani terhadap benih unggul yang berkualitas.

“Ansor melalui Satgas Patriot Ketahanan Pangan hadir bukan hanya dalam ranah advokasi, tetapi juga turun langsung memberi solusi konkret. Pangan adalah persoalan strategis bangsa, dan petani adalah garda depan yang harus kita perkuat. Dengan pembagian 150 ton benih padi ini, kami berharap produktivitas pertanian di Tajinan dapat meningkat signifikan dan menjadi model kemandirian pangan di daerah,” ujar H. Deny Prasetya.

Ia juga menambahkan bahwa langkah ini selaras dengan misi besar GP Ansor dalam membangun kemandirian ekonomi umat. “Ketahanan pangan adalah fondasi kedaulatan bangsa. Jika petani kita kuat, maka bangsa ini juga akan kuat. Inilah spirit yang terus kami gelorakan di seluruh daerah Jawa Timur,” tegasnya.

Sementara itu, pihak BPP Tajinan menyambut baik sinergi bersama Ansor. Mereka menilai kolaborasi ini menjadi bukti bahwa ketahanan pangan membutuhkan keterlibatan banyak pihak, termasuk organisasi kepemudaan. Dukungan benih padi yang disalurkan diharapkan mampu membantu petani dalam menghadapi musim tanam mendatang serta menjawab tantangan perubahan iklim yang kerap memengaruhi hasil produksi.

Dengan semangat gotong royong, distribusi benih padi ini menjadi simbol bahwa perjuangan membangun kemandirian pangan harus dilakukan secara bersama-sama, antara petani, masyarakat, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil. Tajinan menjadi titik awal, dan program serupa akan terus diperluas ke wilayah lain di Jawa Timur.