MALANG | Projatim.id – Suhu sosial di Singosari makin memanas! Penolakan terhadap Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari kini bukan lagi sekadar bisik-bisik. Amarah warga yang lama terpendam akhirnya tumpah ruah dalam bentuk spanduk-spanduk protes yang bermunculan di berbagai sudut Desa Klampok, Kecamatan Singosari.

Pantauan di lapangan pada Jumat (2/5/2025) memperlihatkan sederet spanduk bernada keras dan emosional terpampang di titik-titik strategis menuju area KEK. Teriakan aspirasi warga terekam jelas dalam tulisan: “Singosari Bukan Kawasan Bisnis, Tapi Kawasan Santri!” hingga “KEK = Kapitalisme Eksploitasi Kawasan! Singosari kudu diselametno teko penjajah!”.

Protes warga tak hanya berhenti di spanduk. Keluhan keras juga menggema di media sosial, “Wis 3 tahun mlaku ganok manfaate gae warga Singosari. Pak Presiden Prabowo, tulung bubarno ae wis KEK iki!” tulis salah satu unggahan yang viral dan memicu diskusi luas.

Tokoh budaya Singosari, Ki Ardhi Purbo Antono, ikut angkat bicara. Dalang kondang ini menyebut kemarahan warga adalah akibat akumulasi kekecewaan yang tak lagi bisa dibendung.

“Program kemakmuran rakyat kok diserahkan ke makelar intelektual. Jadinya malah tatanan rusak, rakyat semrawut, negara bangkrut,” ujarnya.

Menurut Ki Ardhi, proyek KEK Singhasari tidak hanya abai terhadap kearifan lokal, tapi juga meminggirkan masyarakat asli. Ia mendesak agar proyek ini dikaji ulang secara menyeluruh—bahkan, jika perlu, dibubarkan total.

Sinyal serupa datang dari DPRD Kabupaten Malang. Lewat Pansus LKPJ Bupati 2024, mereka menyatakan KEK Singhasari belum memberikan dampak ekonomi berarti. Anggota DPRD Zulham Akhmad Mubarrok bahkan menyebut proyek ini hanya bersifat seremonial semata.

“Manfaat ekonomi, pariwisata, sampai keterlibatan warga lokal minim sekali. Jadi, sebenarnya untuk apa KEK ini?”pungkasnya.

Resmi diresmikan lewat PP No. 68 Tahun 2019 dan beroperasi sejak November 2022, KEK Singhasari yang menempati lahan 120,3 hektare itu diklaim fokus pada pengembangan teknologi dan pariwisata. Namun hingga kini, geliat ekonomi di sekitar lokasi masih tumpul, tak terasa bagi warga yang hidup berdampingan langsung dengan proyek.