MALANG, Projatim.id — Firdaus Akbar, sosok yang pernah menjadi bayang-bayang pengamanan bagi pesepakbola nasional Cristian Gonzales dan penyanyi Agnes Monica, kini berdiri sendiri memperjuangkan haknya setelah di-PHK sepihak oleh PT Mandala Finance Tbk.

Pada Jumat siang (11/7/2025), pria yang akrab disapa Idos itu melangkah ke Kantor Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Malang, membawa lembaran pengaduan dan keresahan yang selama ini ia pendam. Tujuannya jelas: menuntut keadilan atas pemutusan hubungan kerja yang menurutnya dilakukan secara semena-mena.

“Saya bukan orang baru. Selama lebih dari satu dekade saya kerja di sana, tapi sekarang saya ditendang tanpa satu rupiah pun hak saya diberikan. Ini bukan cuma tidak adil, ini menyakitkan,” tegas Idos saat ditemui usai menyerahkan pengaduan.

Lebih dari 15 tahun ia mengabdi sebagai karyawan di Cabang Malang, bahkan sering dikirim ke daerah-daerah sulit dengan tingkat penagihan rendah. Ia berhasil melewati tantangan itu dan bahkan menerima penghargaan emas atas kinerjanya. Namun kini, prestasi itu seperti tak berarti.

“Saya bukan pekerja sembarangan. Penagihan naik, target tercapai, kerja nggak pernah main-main. Tapi begitu saja diberhentikan, tanpa surat peringatan, tanpa alasan jelas,” lanjutnya.

Idos juga mengaku pernah menyampaikan kepada pimpinan bahwa ia memiliki pekerjaan sampingan. Hal itu, katanya, bukan hanya tidak dipermasalahkan, tapi bahkan mendapat apresiasi berupa tambahan gaji. Kini, hal yang sama dijadikan alasan pemutusan kerja.

“Dulu saya bilang punya side job dan itu tak dipermasalahkan. Malah dikasih tambahan gaji sejuta. Tapi sekarang absensi jadi alasan untuk memberhentikan saya. Saya heran, kok bisa begitu, padahal kinerja saya selama ini ada hasil,” ujarnya.

Tak hanya diberhentikan secara mendadak, Idos mengaku pernah ditawari kompensasi sebesar Rp127 juta, dengan syarat harus mengundurkan diri secara sukarela. Tawaran itu datang dari salah satu petinggi perusahaan. Ia menolak.

Bahkan, menurut Idos, ia sempat kembali ditawari Rp50 juta dalam pertemuan informal di sebuah warung sop ayam di Jalan Tumenggung Suryo. Tawaran itu pun ia tolak mentah-mentah.

Kini, perjuangannya dilanjutkan lewat jalur resmi. Ia menyerahkan laporan pengaduan ke Disnaker Kota Malang, yang menurutnya telah menyarankan untuk dilakukan mediasi dengan pihak perusahaan.

“Saya akan buat pengaduan tertulis. Saya ingin ini diselesaikan. Saya nggak cari ribut, tapi saya juga nggak akan diam ketika hak saya tidak diberikan,” tegasnya.

Idos bukan sekadar mantan pengawal publik figur. Kini, ia menjadi simbol suara para pekerja yang mengalami pemutusan kerja tanpa keadilan. Perjuangannya menyuarakan bahwa bahkan mereka yang pernah berdiri di balik panggung kemewahan pun, bisa terpinggirkan saat haknya tak dihargai.